Persenjatai Israel, Irak dan Yaman Kompak Ancam Akan Serang AS

 



HELOBEKASI.COM, JAKARTA - Banyak anggota parlemen AS yang ingin mengirim lebih banyak peralatan militer ke Israel, namun ada juga yang tidak keberatan memasukkan perang Ukraina untuk mengusir penjajah Rusia.

Gedung Putih telah mempertimbangkan permintaan anggaran yang menggabungkan dana untuk konflik kedua ini guna meningkatkan kemungkinan disetujuinya bantuan Ukraina.

Dalam pernyataan emosional sebelumnya, Biden menyebut serangan itu sebagai “tindakan yang sangat jahat,” dan mengatakan bahwa bantuan militer AS dikirim untuk mendukung Israel dalam perjuangannya.

NBC News pada hari Rabu melaporkan bahwa Gedung Putih sedang bersiap untuk mencari dana tambahan dari anggota parlemen AS untuk kedua negara tersebut, serta untuk Taiwan dan keamanan perbatasan AS.

Kelompok-kelompok bersenjata Irak dan Yaman kompak mengancam akan menyerang AS jika mendukung Israel dalam perang di Jalur Gaza.

Diberitakan Reuters, Kataib Hizbullah, faksi bersenjata di Irak yang sangat dekat dengan Iran, menyatakan bakal menyerang pangkalan AS dengan rudal, pesawat tak berawak, dan pasukan khusus jika Washington ikut campur dalam konflik Israel vs Hamas Palestina.

Politisi Irak sekaligus pemimpin kelompok politik dan militer Organisasi Badr yang juga sekutu Iran, Hadi Al-Amiri, turut mengucapkan ancaman serupa pada Senin (9/10).

"Jika mereka ikut campur, kami akan ikut campur juga. Kami akan menganggap semua serangan ke Amerika sah," kata Al-Amiri.

Badr merupakan faksi yang tergabung dalam Pasukan Mobilisasi Populer Irak (Popular Mobilization Forces/PMF), sebuah organisasi paramiliter Irak yang berisi banyak faksi yang dibekingi Iran.

PMF sendiri sudah menyuarakan dukungan tegas untuk faksi-faksi Palestina yang memerangi Israel. Pemerintah Irak, sementara itu, menyatakan operasi Hamas adalah hasil kebijakan "menindas" oleh Israel di Gaza.

Terkait Kataib Hezbollah, AS pernah punya hubungan buruk dengan kelompok itu. Para pejabat Washington pernah menuding bahwa kelompok ini melakukan serangan di beberapa fasilitas AS di Irak. Namun Kataib Hizbullah membantah tuduhan tersebut.

AS sendiri punya 2.500 tentara di Irak, dan 900 tentara lain di Suriah. Keberadaan para tentara Washington ini dalam misi membantu pasukan setempat memerangi ISIS.

Dalam beberapa tahun terakhir, milisi di Irak tercatat konsisten menyerang pasukan AS di negara tersebut dan kedutaan AS di Baghdad. Milisi Irak banyak meluncurkan serangan roket ke AS namun mereda tahun lalu.

Faksi-faksi dukungan Iran ini tak lagi menyerang AS karena kesepakatan gencatan senjata.

Sementara itu, di Yaman, milisi Gerakan Houthi memperingatkan pada Selasa (10/10) bahwa mereka akan menanggapi intervensi AS di Gaza dengan drone, rudal, dan senjata lainnya.

Kelompok itu menyatakan siap bekerja sama dengan faksi lain dari "Poros Perlawanan" yang mencakup faksi-faksi Muslim Syiah bekingan Irak dan Hizbullah Lebanon.

Gerakan Houthi Yaman sendiri pernah memerangi koalisi pimpinan Saudi sejak 2015. Saat itu ratusan ribu orang tewas.

Ancaman serangan sejumlah faksi ini dilontarkan setelah AS menyatakan bakal memberikan amunisi tambahan ke Israel dan mengerahkan sekelompok kapal induk USS Gerald R Ford ke kawasan Mediterania Timur.

Saat ini AS bahkan dilaporkan sudah mulai mengirim amunisi dan peralatan militer ke Israel.***

(sumber : westjavatoday.com)