HELOBEKASI.COM, JAKARTA - Situs Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) merilis sebuah artikel terkait prediksi perang nuklir di Eropa. Analisis itu berisikan imbauan untuk siaga terhadap kemungkinan perang nuklir pecah akibat salah perhitungan Rusia.
Artikel itu ditulis eks penasihat utama pertahanan nuklir dan rudal di Kepala Staf Gabungan, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon), Gregory Weaver, dengan judul "Desakan untuk Mempertahankan Pencegahan Nuklir (Nuclear Deterrence) NATO" pada 29 September lalu.
Dalam kajian strategis dan pertahanan, nuclear deterrence merupakan sebuah teori atau strategi di mana negara menganggap memiliki senjata nuklir akan mencegah negara musuh berani menyerang mereka.
Sementara itu, dalam artikel analisis NATO ini, Weaver menilai para pemimpin NATO harus menyadari bahwa keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menginvasi Ukraina menunjukkan kecenderungan yang tinggi untuk mengambil risiko dan melakukan kesalahan perhitungan dalam menjalankan strategi perang.
"Kombinasi antara pengambilan risiko dan kesalahan perhitungan ini sangat meresahkan, terutama jika dibarengi dengan ancaman eskalasi nuklir yang berulang kali dilakukan Rusia," kata Weaver dalam tulisannya itu.
Kedua, Weaver menuturkan kinerja pasukan Rusia di Ukraina sejauh ini mungkin meningkatkan ketergantungan Rusia pada senjata nuklir.
Sebab, menurut banyak ahli perang, pasukan Rusia di Ukraina masih dalam keadaan "terhimpit" lantaran rencana invasi berjalan lebih lama dari prediksi awal. Beberapa laporan bahkan memperlihatkan kondisi pasukan Rusia yang mulai kewalahan menghadapi perlawanan pertahanan Ukraina yang diluar prediksi awal.
Dengan kondisi ini, Weaver menilai Rusia kemungkinan besar akan menyadari penggunaan senjata nuklir menjadi penting di awal konflik, baik untuk mencari kemenangan atau untuk mencegah kekalahan.
"Ini berarti menerapkan strategi detterence (strategi pertahanan) menghadapi eskalasi nuklir Rusia akan menjadi lebih penting dibandingkan menerapkan strategi mencegah agresi konvensional Rusia," ujar Weaver.
NATO, lanjut dia, harus melengkapi jet tempur dan kapal selam dengan senjata nuklir taktis untuk mencegah serangan taktis Rusia.
"Meyakinkan para pemimpin Rusia bahwa NATO sepenuhnya siap untuk melawan penggunaan nuklir terbatas dengan respons nuklir kita yang efektif secara militer," kata Weaver dalam artikel analisisnya.
Rusia mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir terhadap wilayah atau infrastrukturnya, atau jika keberadaan negara itu terancam oleh senjata nuklir atau konvensional musuh.
Oleh karena itu, Weaver menilai mencegah penggunaan nuklir Rusia terhadap NATO akan tetap menjadi prioritas yang mendesak bagi aliansi, bahkan setelah perang di Ukraina berakhir.
Retorika penggunaan nuklir sendiri beberapa kali juga diucapkan oleh Mantan Presiden Rusia yang juga Wakil Sekretaris Dewan Keamanan, Dmitry Medvedev. Juli lalu, Medvedev menjelaskan bahwa Moskow harus menggunakan senjata nuklir jika serangan balasan Kyiv yang sedang berlangsung berhasil.***
(sumber : westjavatoday.com)
Social Plugin