Lonjakan Harga Beras Bisa Berisiko Picu Krisis Politik di Negara Berkembang

 



HELOBEKASI.COM, JAKARTA - Lonjakan harga beras dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan politik negara berkembang di Asia dan Afrika. 

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (26/9/2023), harga  beras melonjak ke level tertinggi dalam hampir 15 tahun terakhir setelah India dan negara produsen lainnya membatasi ekspor. 

Beberapa produsen beras menghentikan ekspor karena cuaca ekstrem menggerus produksi.

Beras merupakan bahan makanan pokok di sebagian besar negara Asia dan Afrika.

"Lonjakan harga beras, terutama di Afrika, tentu saja dapat meningkatkan potensi konflik atau kerusuhan sosial," kata Alvaro Lario, pemimpin Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Krisis pangan kerap meningkatkan risiko ketidakstabilitan politik. Pada awal dekade 2010-an, lonjakan harga gandum membantu memicu Musim Semi Arab di kawasan Timur Tengah.

"Dampak dari larangan ekspor ini melampaui batas negara yang menerapkan langkah tersebut," ujar Lario. 

"Beras adalah bahan makanan utama terkait ketahanan pangan, bahkan lebih penting dari gandum," jelasnya.

Menurut Lario, beberapa wilayah di Afrika yang bergantung pada impor beras sudah mulai merasakan dampak dari kenaikan harga.

"Kita harus memahami bahwa banyak dari orang-orang yang mengkonsumsi jenis tanaman ini berada di ambang kemiskinan," katanya.***

(sumber : westjavatoday.com)