Korban Banjir di Libya Terus Bertambah, Tercatat 11.300 Jiwa Tewas dan Puluhan Ribu Masih Hilang

 



HELOBEKASI.COM, JAKARTA - Sepekan usai Badai Daniel terjang timur laut Libya, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan melaporkan korban terus bertambah.

PBB dalam laporannya pada Sabtu, (16/9/2023), setidaknya 11.300 orang tewas dan 10.100 lainnya masih hilang di kota pesisir Derna yang dilanda banjir bandang.

Sebanyak 170 orang tewas akibat banjir di wilayah lain di Libya, dan lebih dari 40.000 orang terpaksa mengungsi, kata laporan PBB, mengutip data terbaru dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM). 

Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat karena upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan untuk mencari korban yang selamat, demikian dilansir Reuters.

Sebelumnya pada Jumat, (15/9/2023) tim penyelamat Malta menemukan ratusan mayat di pantai Derna, menurut laporan Departemen Perlindungan Sipil Malta pada Sabtu. Mayat-mayat tersebut diyakini hanyut ke laut akibat banjir besar setelah hujan badai Daniel menyebabkan dua bendungan runtuh, menyapu seperempat kota pesisir tersebut.

“Mungkin ada sekira 400 orang, tapi sulit untuk mengatakannya,” Natalino Bezzina, yang memimpin tim Malta, mengatakan kepada surat kabar Times of Malta.

Penemuan ini dilakukan oleh tim beranggotakan empat orang yang pertama kali menemukan tujuh mayat, termasuk tiga anak, di dalam sebuah gua di tepi laut.

Sebagaimana dilaporkan, seluruh distrik Derna, dengan perkiraan populasi setidaknya 120.000 jiwa, tersapu atau terkubur dalam lumpur coklat setelah dua bendungan di selatan kota jebol pada Minggu, (10/9/2023) malam sehingga mengakibatkan aliran air banjir ke dasar sungai yang biasanya kering.

Sementara upaya pencarian korban hilang masih berlanjut, ribuan mayat korban yang ditemukan telah dimakamkan di kuburan-kuburan massal, menurut laporan PBB. Penguburan massal ini memunculkan kekhawatiran akan risiko pencemaran air dan protes dari keluarga korban.

Derna sangat terpukul oleh kekacauan dan konflik di Libya sejak penggulingan Muammar Gaddafi yang didukung NATO dalam pemberontakan rakyat pada 2011.

Kota itu dikuasai selama beberapa tahun oleh militan jihad sebelum pasukan yang setia kepada Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar yang berbasis di timur mengepung dan mengambil alih kota itu pada 2019.

Infrastruktur di seluruh Libya telah terdegradasi di tengah kelumpuhan politik dalam satu dekade terakhir, dan para ahli telah memperingatkan bahwa Derna menghadapi potensi bencana jika pekerjaan pemeliharaan tidak dilakukan pada bendungan di luar kota tersebut.***

(sumber : westjavatoday.com)