HELOBEKASI.COM, JAKARTA - Laporan dari HSBC Holdings Plc. mencatat harga beras alami kenaikan di level tertinggi sejak 2008.
"Memori krisis pangan Asia pada 2008 masih membekas," para ekonom HSBC yang dipimpin oleh Frederic Neumann mengatakan dalam sebuah catatan riset pada Jumat (15/9/2023) lalu.
"Saat itu, kenaikan harga beras di beberapa negara dengan cepat merembet ke negara lainnya karena para konsumen berebut untuk mengamankan pasokan. Situasi itu mengangkat harga bahan makanan pokok lainnya, seperti gandum, karena para pembeli beralih ke bahan makanan alternatif."
Dilansir dari Bloomberg, harga ekspor beras dari Thailand, yang merupakan patokan global, saat ini menembus USD600 per ton, naik hampir 50% dari tahun sebelumnya.
Tidak seperti tomat dan bawang, yang harganya cepat kembali normal setelah lonjakan karena siklus panen yang pendek, harga beras dapat bertahan lebih lama. Rasio impor terhadap konsumsi beras global juga telah meningkat sekitar dua kali lipat dalam 25 tahun terakhir.
"Ini berarti bahwa gangguan di satu negara dapat berdampak jauh lebih luas dibandingkan di masa lalu," kata Neumann.
Hujan yang tidak menentu dan kekeringan di banyak bagian dunia menghambat panen, mengurangi pasokan dan menaikkan harga. Eksportir beras terbesar di dunia, India, telah memberlakukan pembatasan ekspor untuk menjaga harga lokal.
Malaysia dan Filipina adalah dua negara Asia yang paling bergantung pada impor beras, diikuti oleh Korea dan Taiwan. Negara-negara lain seperti Indonesia juga terkena dampaknya.
Hong Kong dan Singapura mengimpor semua beras mereka, meskipun dengan daya beli mereka, mereka dapat dengan mudah mengamankan pasokan. ***
(sumber : westjavatoday.com)
Social Plugin