HELOBEKASI.COM, JAKARTA - Korea Utara akhirnya membuka perbatasan negara mereka dan mengizinkan warganya yang ada di luar negeri untuk pulang kampung usai menutupnya pada saat pandemi tiga tahun yang lalu karena COVID-19.
Hal ini dilakukan karena Korea Utara disebut saat ini sedang mengalami kesulitan ekonomi, kata Kementerian Unifikasi Korea Selatan dilansir Yonhap-Oana.
“Akibat perbatasan ditutup, Korea Utara mungkin menghadapi berbagai kesulitan ekonomi, dan mungkin tidak nyaman karena pertukaran personel dihentikan," kata juru bicara kementerian tersebut, Koo Byoung-sam.
Kantor pencegahan epidemi darurat negara menyatakan warga Korea Utara yang berada di luar negeri diizinkan kembali ke negaranya sejalan dengan situasi pandemi yang mereda.
"Mereka yang kembali akan berada dibawah pengawasan pihak medis yang tepat dan dikarantina selama seminggu" tulis pernyataan badan kesehataan negara Korut dikutip dari The Telegraph pada Selasa (29/8).
Baru-baru ini, Korea Utara mencabut berbagai pembatasan sehubungan dengan pandemi COVID-19 usai menerapkan secara ketat sejak 2020. Mereka menutup seluruh perbatasan negara dan tak mengizinkan pihak luar masuk selama aturan diterapkan.
Peneliti dari Sejong Institute, Cheong Seong Chang mengatakan warga Korea Utara kemungkinan pulang menggunakan jalur darat.
"Dengan pengumuman terbaru yang dilakukan oleh pemimin Korea Utara, Kim Jong Un. Diprediksi warga Korea Utara dalam skala besar akan kembali dengan jalur darat," kata Cheong dikutip dari NK News.
Lebih lanjut, Cheog Seong Chang menyebut langkah yang diambil pemerintah Korut menandakan akan mengubah kebijakan ketat terkait COVID-19 dan secara bertahap melonggarkan karantina di negara tersebut.
Namun, pengamat dari Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, Cho Han Bum menilai Korea Utara belum siap membuka kembali perbatasan.
Cho menjelaskan bahwa pemerintah Pyongyang kemungkinan takut sistem kesehatan mereka ambruk seperti China usai mencabut secara penuh pembatasan COVID-19 mereka.
Pembatasan yang berakhir secara tiba-tiba di China menyebabkan lonjakan jumlah pasien rawat inap dan kematian di Negeri Tirai Bambu.
Sementara itu, Korut tak punya sistem kesehatan yang kuat, bahkan jadi salah satu terburuk di dunia.
Korut juga tak memiliki vaksin COVID-19, obat antivirus, atau alat pengujian massal untuk mendeteksi virus corona. Kondisi demikian, kata Cho, akan membuat Korut lebih buruk dari China.***
(sumber : westjavatoday.com)
Social Plugin