Kementerian PPPA Pastikan Kebutuhan Anak dan Perempuan Korban Erupsi Gunung Semeru Terpenuhi



JAWA TIMUR, HELOBEKASI.COM
 - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga memastikan, anak dan perempuan korban erupsi Gunung Semeru mendapatkan perlindungan, termasuk kebutuhan spesifik dalam masa tanggap darurat.

Pekan ini, Menteri Bintang akan mengunjungi pengungsi korban bencana erupsi Gunung Semeru sekaligus membawa kebutuhan spesifik anak dan perempuan.

Bantuan ini melengkapi program bantuan dari Kementerian Sosial maupun tanggap darurat BNPB.

Ia berharap pengungsi anak dan perempuan korban bencana Semeru tetap dapat dipenuhi hak-haknya dan mendapatkan perlindungan khusus dari risiko bencana, mendapatkan pertolongan darurat, mendapatkan kebutuhan dasar dan spesifik.

“Kami harapkan juga mereka mendapatkan tempat pengungsian yang layak dan ramah anak, anak-anak dapat dicegah dari keterpisahan dengan orang tua/keluarganya, dan anak-anak dapat dicegah menjadi korban diskriminasi dan perlakuan salah,” ungkap Menteri Bintang.

Diketahui, dalam rangka memperkuat kerja BNPB, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) telah menyusun Pedoman Integrasi Perlindungan dan Pemenuhan Hak Perempuan, Anak dan Kelompok Rentan Lainnya dalam Sistem Penanggulangan Bencana di Indonesia.

Dalam pedoman penanganan bencana berperspektif gender yang terintegrasi dalam pedoman operasional BNPB, secara khusus ditetapkan penyaluran kebutuhan spesifik perempuan dan anak dalam aksi tanggap darurat.

Saat ini Kementerian PPPA terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan juga Pemerintah Kabupaten Lumajang terkait hal tersebut.

“Tim provinsi sudah turun dengan membawa recreational kits dari Kemen PPPA,” ujar Menteri Bintang.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai dengan Senin (06/12) pukul 20.15 WIB, setidaknya sebanyak 22 orang tewas, sementara 22 orang dinyatakan hilang, dan 56 lainnya mengalami luka-luka. Erupsi Semeru juga berdampak terhadap 5.205 jiwa yang kini harus mengungsi.

Di antara jumlah itu sampai sejauh ini tercatat sebanyak 292 adalah anak-anak, ibu hamil ada 2 orang, dan sekitar 234 perempuan.

Dari jumlah itu sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak yang memerlukan hak dan kebutuhan yang spesifik.***